Mencari "orang tua"
Kebiasaan orang Jawa menjunjung tinggi keberadaan orang yang lebih tua/bepengalaman dalam mengarungi samodra kehidupan. Orang-orang tersebut di"tua"kan sebagai tanda menghormati. Dalam kasus ini, "orang tua" adalah orang yang berilmu, yang memiliki doa ampuh atau ilmu pengetahuan supra natural. Keberadaannya selalu dicari orang yang memerlukannya. Entah untuk memberi nasehat dan wawasan atau transfer ilmu. Kebetulan disana ada dua aliran kebatinan yang menjadi tujuannya.
Aliran kebatinan Murti Tomo Waskito Tunggal (bukan Hardo Pusoro) sebenarnya banyak pengikutnya. Tetapi karena pimpinannya "salah langkah" dengan memberi pengumuman atas kematiannya sendiri, ditinggalkan pengikutnya karena terbukti tidak mati. Tetapi aliran lain (Suwono) masih tetap ada selama apa yang diajarkan dapat diterima masyarakat.
Suwono dari singkatan "suwung" = sesuatu yang kosong atau sesuatu yang tak berisi apa-apa, tak berpenghuni, dan "ono" artinya ada. Dengan kata lain ditempat yang dianggap suwung (tak berpenghuni) itu ada yang menempati. Amat disayangkan bahwa Pak Sastro tidak bisa menjelaskan apa yang dimaksudkannya (yang menempati tempat kosong itu). Semua hal yang diamati dan dirasakan para pengikutnya hanya dijawab "Yo Kuwi" atau "Ya itu". Tanpa penjelasan lain.
Selanjutnya pada setiap pertemuan, pada awal pelajaran, selalu Pak Arjo tak dapat mempraktekkan pelajarannya, tetapi dilain kesempatan, bisa melakukannya. Para mitranya memprediksi bahwa ada yang mengajari. Tetapi siapa, toh tak pernah ada tamu atau kenalan lain dirumah Pak Arjo. Latihan melihat sinar atau cahaya itu dilakukan dalam keadaan mata tertutup, dan dalam ruangan yang digelapkan.Pelaksanaannya dalam samadi. Nama dua belas saudara. Suwono menunjukkan nama kedua belas saudara yang berada dalam badan wadag (jasmani) setiap orang. Tetapi keberadaannya, termasuk tempatnya, asalnya, dan kegunaannya tidak diterangkan. Setiap pertanyaan dijawab dengan "Yo kuwi" atau "Ya itu". Tentu saja jawaban ini kurang memuaskan. Tetapi paling tidak orang mengetahui bahwa badan wadag ini dihuni oleh dua belas "saudara", dengan nama-nama tersebut diatas.
Catatan: blog ini disertakan label :
Sri , Gutomo, Pawenang, Arjo, Sopuro, Harjosapuro, Suwartini, Hyang, Maha, Kuwasa, Widhi, Sapta, Darma, Kerohanian , warga , wahyu , budi , luhur , sujud , wewarah
Perjalanan hidup Sri Gutomo adalah peristiwa yang diamati dan dicatat dalam ingatan mengenai kehidupan Bapak Arjo Sopuro, penerima wahyu ajaran Sapto Darmo (Sapta Darma). Orang Jawa tidak terbiasa mencatat peristiwa yang terjadi disekelilingnya. Karena itu,setelah bertahun-tahun, tulisan ini hanya menghimpun ceritera dari pelaku sejarahnya saja. Banyak peristiwa ditulis tanpa tanggal, hanya dari ingatan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar