Peristiwa kedatangan wahyu.
Tanggal 26 Desember 1952.
Masih pagi Pak Arjo sudah berada dirumah Pak Kemi di desa Gedang Sewu Pare. Sekitar jam 9.00 pagi, Pak Arjo berkata pada Pak Kemi: “Kakak, aku mau pulang sekarang, akan mendapat pelajaran dari Guru” Mendengar perkataan ini Pak Kemi merasa heran, dalam hati bertanya-tanya “Siapa Gurunya Arjo itu”
- - - - - - - - -
Mohon maaf sebelumnya untuk para pembaca., saya akan menulis saat kejatuhan wahyu, hanya sekedar mengulang ceritera saja, tentu akan banyak kesalahannya, karena tidak turut hadir pada saat kejadian yang sebenarnya. (Umurku baru 9 tahun tatkala itu, dan jaraknya 50 Km dari rumah orang tuaku)
Para saksi, kalau ada yang masih hidup, mohon untuk membetulkan penuturan ini.
- - - - - - - - -
Malam itu (26 Desember 1952) Pak Arjo sedang duduk bersender disalah satu tiang pada dinding rumahnya menghadap ke Barat.
Tak ada yang mengetahui awal mulanya, sekitar jam satu malam, tiba-tiba kedua lengan tangan seolah dipaksa bersikap sedakep, tangan kanan menutupi tangan kiri, begitu pula kedua kaki dipaksa bersila dengan kaki kanan menutupi kaki kiri.
Selanjutnya badan diputar menghadap kearah Timur. Kemudian mulut mengucapkan kalimat :”Allah Hyang Moho Agung, Allah Hyang Moho Rochim, Alah Hyang Moho Adil, Allah Hyang Moho Wasesa, Allah Hyang Moho Langgeng". Kata-kata ini diucapkan dengan keras, spontan dan tak dapat ditahan-tahan.
Setelah selesai, tubuh Pak Arjo menunduk kebawah sampai kening dan hidung menempel dilantai (sujud). Sujud ini berlangsung tiga kali. Sujud pertama, ketika kening dan hidung menempel dilantai, mulutnya mengucapkan “Hyang Moho Suci sujud Hyang Moho Kuwoso” Kalimat itu diulang tiga kali.
Sujud kedua, seperti diatas dengan ucapan “Kesalahane Hyang Moho Suci nyuwun ngapuro Hyang Moho Kuwoso” Juga diulang tiga kali.
Sujud ketiga, ucapan “Hyang Moho Suci Mertobat Hyang Moho Kuwoso”. Ucapan ini diulang tiga kali pula.
Gerak sujud ini tak dapat ditahan atau dibatalkan. Padahal berlangsung mulai sekitar jam satu tengah malam sampai dengan pukul 3.30 pagi, (ayam jago berkokok pagi hari). Setiap kali gerak sujud ini diulang kembali mulai dari awal. Tak dapat dihentikan. Pak Arjo dipaksa melakukannya sampai sangat kepayahan.
Catatan: blog ini disertakan label :
Sri , Gutomo, Pawenang, Arjo, Sopuro, Harjosapuro, Suwartini, Hyang, Maha, Kuwasa, Widhi, Sapta, Darma, Kerohanian , warga , wahyu , budi , luhur , sujud , wewarah
Perjalanan hidup Sri Gutomo adalah peristiwa yang diamati dan dicatat dalam ingatan mengenai kehidupan Bapak Arjo Sopuro, penerima wahyu ajaran Sapto Darmo (Sapta Darma). Orang Jawa tidak terbiasa mencatat peristiwa yang terjadi disekelilingnya. Karena itu,setelah bertahun-tahun, tulisan ini hanya menghimpun ceritera dari pelaku sejarahnya saja. Banyak peristiwa ditulis tanpa tanggal, hanya dari ingatan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar