Rabu, 12 Agustus 2009

Perjalanan hidup Sri Gutomo (hal 1)

Kamis, 2009 Maret 26


Jakarta 10 September 2008 Rabu Legi jam 22.22

Prakata
Perjalanan hidup Sri Gutomo adalah suatu catatan tentang riwayat hidup Bapak Arjo Sopuro, yang ditulis dari ceritera para mitra terdekatnya. Bukan riwayat Arjo Sopuro, karena yang berkaitan dengan Sapta Darma adalah Sri Gutomo, walaupun kedua nama tersebut sama orangnya

Perjalanan hidup Sri Gutomo.
Diiringi gending ‘Palugangsa dhawah Gdh Widasari’ dilanjutkan Ketawang Subakastawa, hamba mulai menulis. Layaknya cahaya lampu blencong yang menerangi layar pertunjukan wayang kulit, demikianlah karya agung Hyang Maha Suci membuka ceritera perjalanan hidup ini. Wayang kulit sebagai sarananya. Hyang Widhi yang memilikinya. Hyang Maha Kuwasa sebagai penontonnya.

Pendahuluan
Tidak tercatat, kapan Pak Arjo Sopuro mulai bertempat tinggal di kampung Koplakan Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Jawa Timur Indonesia. Koplakan itu nama kampung tempat tinggal para pemilik kuda penarik gerobag angkutan (dokar)
Keras hati dan jujur adalah gambaran pribadi Pak Arjo Sopuro. Masih ada lagi, bila tiba saat menepati suatu perjanjian, padahal belum bisa menepati janjinya, tampak sekali sangat kebingungan. Saudagar intan dan berlian di Kediri dan Pare sering menitipkan dagangannya pada Pak Arjo Sopuro karena dapat dipercaya dan selalu menepati janji.

Pada pertengahan abad 20 bekerja sebagai tukang cukur rambut untuk menghidupi isteri, tiga anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Anak pertama bernama Sarjono (almarhum), kemudian Sarjani (almarhum), Surip (putri, disebut mbak Wik) dan Joko. Waktu itu Purboyo, si bungsu, belum lahir. Pada saat ini (pertengahan Maret 2009) hanya tinggal Mbak Wik, Pak Joko dan Pak Purboyo.

Persahabatan yang sangat erat.
Pak Arjo Sopuro memiliki banyak punya mitra yang amat akrab layaknya seperti saudara sendiri yaitu Pak Sukemi Handini (sopir angkutan), Pak Joyo Jaimun (tukang sepatu) tidak berputra, Pak Soma Giman (kernet mobil) berputra 12 orang, laki-laki dan perempuan, Pak Darmo (ipar pak Soma Giman). Pak Reso Kasirin (saudagar kain batik), tidak berputra. Kemudian Pak Danu Miharjo (Mantri Guru SD) dan Pak Jumadi (sopir). Masih banyak teman yang lain, yang belum disebut namanya.
Letak paling dekat adalah rumah Pak Reso Kasirin, kemudian Pak Joyo Jaimun, Pak Jumadi dan kemudian rumah Pak Kemi di kampung Gedangsewu. Rumah Pak Danu di gang Pandan, dekat Koplakan, sedangkan Pak Soma Giman di kampung Plongko, setengah kilometer dari rumah Pak Arjo.
Semua kawan ini adalah orang melarat dengan penghasilan yang tidak menentu. Pekerjaan Pak Arjo sebagai tukang cukur hasilnya sangat sedikit, tak cukup untuk menghidupi keluarganya. Dari ketujuh kawan tersebut Pak Kemi (Sukemi Handini) memiliki penghasilan agak lumayan sebab selain dari pekerjaan sebagai sopir (mobil pribadi telah dirampas Jepang) juga memiliki sawah, walaupun hanya seperlima hektar. Rata-rata semuanya berpenghasilan kecil, tak mencukupi untuk menghidupi keluarganya.

free counters
Catatan: blog ini disertakan label :
Sri , Gutomo, Pawenang, Arjo, Sopuro, Harjosapuro, Suwartini, Hyang, Maha, Kuwasa, Widhi, Sapta, Darma, Kerohanian , warga , wahyu , budi , luhur , sujud , wewarah

1 komentar:

  1. Terima kasih banyak saya sampaikan kepada sang penulis atas penambahan versi bahasa Indonesia untuk Perjalanan Sri Gutomo yang sebelumnya ditulis dalam bahasa jawa krama. Versi bahasa Indonesia ini akan memudahkan semua orang yang berminat membaca tulisan tersebut sehingga, terutama warga KSD dan juga masyarakat umum bisa memahami dengan mudah karena ditulis dalam bahasa Indonesia. Sekali lagi salut buat sang penulis.

    Salam waras,
    sapta137@gmail.com

    BalasHapus