Sabtu, 18 Desember 2010

Perjalanan hidup Sri Gutomo (hal 29)




Garis perjalanan hidup manusia.
Manusia hidup didunia ini seperti orang yang pergi kepasar. Tidak menetap tinggal di pasar. Bila telah selesai tugasnya, segera kembali kerumahnya masing2.
. . . . . . . . . . . . . . .

Setelah menerima anugerah nama Sri Gutomo, tugas selanjutnya dari Hyang Maha Kuwasa juga telah diterima. Sri Gutomo harus menyebarkan Budi Luhur dengan Sapta Darma sebagai sarananya. Arahnya ke Barat.
Pada tahun 1956 telah sampai di kota Yogjakarta. Dengan berbekal sabda usada "waras" , banyak orang yang ikut melakukan sujud. Tempat tesebut adalah kampung NotoPrajan. Berada dalam kota Jogjakarta.

Lama kelamaan, makin banyak orang yang melakukan sujud. Ditempat tersebut (di Kampung NotoPrajan), sudah tidak muat untuk melakukan sujud bersama-sama. Karena itu lantas mencari tempat lain yang dapat menampung semua orang untuk sujud bersama-sama.
Bopo Sri Gutomo memberitahu agar semua warga malakukan sujud, mohon petunjuk Hyang Maha Kuwasa , dimana tempat yang ditunjuk untuk sujud bersama-sama. Pada waktu itulah Hyang Maha Kuwasa memberi petunjuk tempat untuk sujud bersama , yang sekarang menjadi pusat pengembangan Sapta Darma , di kampung Surokarsan Mergangsan II / 472 Yogjakarta.

Dua orang Putri, mana yang terpilih ?
Pada tahun 1956, berita tentang Sapta Darma telah menyebar jauh. Bukan hanya diantara orang-orang yang sakit dan mencari pengobatan saja, melainkan juga telah sampai merambah dikalangan para sarjana di Perguruan Tinggi. Hal tersebut terbukti ketika ada dua orang mahasiswi yang sama-sama bertujuan mendatangi rumah Pak Arjo di Koplakan Pare.

Ni Luh Ketut Suryani
Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini, seperti pada umumnya orang dari Bali, mulai umur 14 tahun sudah belajar meditasi. Dengan kasungguhan hati, menemui Bopo Sri Gutomo, juga ingin belajar tentang meditasi menurut cara Sapta Darma.
Tentu saja dalam hal ini tak ada cara lain, kecuali dengan cara melakukan sujud.
Pak Sri menunjuk dua orang tuntunan untuk mengajarinya.
Peristiwa tersebut dapat dibaca dalam buku "Meditasi Lilin" karya Ni Luh Ketut Suryani, mulai halaman 16, atau silahkan klik di
http://books.google.com/books?id=ucN7h4kivI8C&printsec=frontcover&dq=meditasi+lilin&source=bl&ots=y9ajGzI3P9&sig=6zdg5614jxmdSnLLWmBE8ISfnyg&hl=en&ei=0Al9TI_2GYacvgO39OWcAg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=9&ved=0CEcQ6AEwCA#v=onepage&q&f=false

http://www.suryani-institute.com/
Suryani Institute for Mental Health
Jl. Gandapura No.30
Denpasar 80237
Bali - Indonesia
Phone : +62361467553
Fax : +62361462878
Email : suryani@suryani-institute.com


Sekarang, beliau ((Prof.Dr. Ni Luh Ketut Suryani) telah sangat terkenal diseluruh pulau Bali dan juga sampai keluar negeri, sebagai pakar kedokteran dibidang yang berhubungasn dengan kesehatan mental dan kejiwaan.

Suwartini
Mahasiswi Fakultas Hukum UGM ini juga dengan kemauannya sendiri, datang menemui Pak Arjo dirumahnya di kota Pare. Pada waktu itu beliau sedang melakukan penelitian tentang aliran kebatinan, ditinjau dari segi hukum. Ini adalah tugas akhir untuk memperoleh gelar kesarjanaan dibidang hukum. Dalam hal ini hanya Bopo Sri Gutomo yang bisa memberitahu hal tersebut. Bopo Sri Gutomo tidak menunjuk tuntunan untuk menerangkannya, karena mereka tak mengerti hal itu.
Berikutnya, mahasiswi Suwartini malah ikut melakukan sujud.
Menurut Bopo Sri Gutomo, hal tersebut sudah menjadi garis perjalanan Sapta Darma.
Dibelakang hari beliau terpilih menjadi Juru Bicara Tuntunan Agung dengan nama Sri Pawenang. (Seperti halnya nama Sri Gutomo, Nama Sri Pawenang adalah anugerah dari Hyang Maha Kuwasa)
Ibu Suwartini S.H. ini putri bapak Martodiharjo dari kota Sleman, berjarak 15 km disebelah Utara kota Yogjakarta.
Pada tahun 1970 beliau terpilih menjadi anggota MPR fraksi utusan daerah dari Golkar. Di MPR, beliau masuk komisi yang mengurusi tentang Kepercayaan/ Keyakinan umat beragama.

free counters
Free counters

Perjalanan hidup Sri Gutomo (hal 28)



Permohonan yang dikabulkan.
Dalam menjalankan ritual sujud ini, para mitra makin rajin melakukan sujud. Begitu pula Pak Arjo. Walaupun demikian, masih ada hal yang menjadi pertanyaan disanubari semua orang yang menjalankan ritual sujud ini. Apakah ritual sujud ini hanya demikian saja, ataukah ada makna dan maksud tujuan tertentu ?
Pada saat itu, Pak Arjo menerima petunjuk dari Hyang Maha Kuwasa, bahwa cara sujud yang demikian ini disebut sujud Brahmono Resi. Dan Pak Arjo mendapat sebutan Resi Brahmono.
Kepada para mitranya, Pak Arjo menerangkan bahwa sujud yang demikian itu adalah sujud Brahmono Resi. Semua mitranya dapat disebut Resi Brahmono bila melakukan sujud seperti cara itu.
Selanjutnya, Pak Arjo mohon ijin Hyang Maha Kuwasa, menggunakan nama Sri Gutomo sebagai sarana menyebarkan budi luhur itu.
Permohonan dikabulkan, dan pada tanggal 27 Desember 1955, disaksikan hujan lebat semalam penuh, Pak Arjo mendapat nama Sri Gutomo yang artinya Raja Budi Luhur.
Para pembaca, semoga anda dapat memahami, bahwa semua permohonan , bila dilakukan dengan tulus ikhlas dalam hati, tentu dibelakang hari akan dikabulkan oleh Hyang Maha Kuwasa.

free counters