Kamis, 28 Agustus 2014

Perjalanan Hidup Bopo Sri Gutomo (hal 35)


Flag Counter

Wacana
Setelah anda membaca Perjalanan hidup Bopo Sri Gutomo halaman 34 mengenai penelitian sujud yang telah dilakukan oleh Ibu Sri Pawenang, maka sekarang mari kita periksa dengan seksama, tentang apa saja kemungkinan yang dapat membuka tabir yang membatasi dan tidak diketahui oleh orang awam. Dibawah ini hamba tampilkan sebagian dari halaman 34

Sesudah merasakan getaran2 yang turun dari ubun2 sampai keujung jari2 kaki, dapat dirasakan keluar masuknya hawa melalui pori2 kulit, lama2 dapat terasa se-olah2 napas tidak hanya melalui hidung, tapi juga melalui seluruh permukaan badan. Terasa bahwa badan memang sebetulnya bukan barang yang betul2 padat melainkan seperti saringan. Dalam keadaan ening demikian Sinar-sinar Cahya Allah diluar tubuh lebih banyak "diisap" dan bersama-sama getaran hidup yang ada dalam tubuh "membunuh" bibit2 penyakit yang akan keluar bersama keluarnya keringat.
Dapat dirasakan pula denyutan jantung, mengalirnya darah dalam pembuluh, getaran simpul2 sarap, merayapnya getaran hidup melalui sel2 dalam tubuh, dan lain2 yang bisa dirasakan . Bagian-bagian yang dirasakan akan menjadi lebih kuat dan tahan lama. Itulah cara menjaga kesehatan dengan ulah rasa.


Jika anda melihat sebuah wayang kulit, tentu tampak bahwa membuatnya dengan ditatah. Ditatah secara cermat. Karena itu, bila dilihat dari balik kelir (layar wayang kulit) , akan terlihat semua ukiran yang rumit pada badan wayang kulit tersebut. Wayang kulit sudah dibuat sebelum Kraton Kediri dan Kahuripan. Penelitian yang dilakukan  oleh Ibu Sri Pawenang telah membuka tabir bahwa ukiran wayang tersebut menunjukkan bahwa badan wadag manusia itu sebenarnya seperti saringan. Hal ini juga menyatakan bahwa sejak jaman dahulu orang Jawa sudah mengetahui  seperti apa sebenarnya badan jasmaninya. Dan hal ini ditunjukkan dengan membuat wayang diukir dengan rumit. Di luar negeri juga ada wayang tetapi digambarkan secara utuh. Tanpa ukiran rumit. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah hanya ditanah Jawa saja para pujangganya yang mengerti hal ini ?
Terima kasih

email: warga.saptadarma@gmail.com