Sabtu, 15 Agustus 2009

Perjalanan hidup Sri Gutomo (hal 18)

Melakukan ritual kerohanian
Pak Arjo adalah seorang awam. Tak pernah melakukan ritual kerohanian seperti umumnya orang berguru ilmu kebatinan.
Puasa Senin Kamis, hanya makan nasi putih selama ritual, ritual membisu , apalagi berendam disungai, tidak pernah dilakukan.
Berwatak disiplin, tidak percaya pada hal-hal yang bersifat kasat mata, dan juga sama sekali tak mau menghiraukan makam/kuburan, memberi sesajen pada pohon beringin yang diyakini masyrakat sebagai pembawa keselamatan, juga tidak terhadap segala jenis senjata kuno yang diyakini masyarakat sebagai pusaka bertuah, tombak, keris, dan sebagainya.
Sepanjang waktu, tatkala berpindah pindah tempat bermalam dirumah mitranya , dapat melihat dan mengetahui hal-hal yang sebelumnya tidak terpantau. Misalnya di rumah Pak Kemi, Pakn Arjo mengetahui adanya bermacam tumbal yang dipendam dalam tanah, yaitu tulang babi dan tulisan huruf Arab yang dibungkus kain kafan. Tumbal ini adalah sarana untuk menolak teluh dan juga untuk keselamatan keluarga Pak Kemi.
Selanjutnya, atas perkenan Pak Kemi, semuanya diambil dan kemudian dibuang kesungai.
Ada tumbal yang dinamakan “Cok Bakal” , yang berupa sesajian yang ditempatkan dipojok sawah, itupun diambil dan dibuang kesungai.
Yang lebih aneh lagi, jika makan makanan dari warung, sehabis makan lantas muntah muntah. Setelah ditanya , kemudian memberi tahu bahwa pemilik warung penjual makanan itu melakukan ritual sesajen pada tempat tertentu, agar jualannya laris. Padahal, sebelum ada peristiwa kedatangan wahyu tersebut , warung tersebut menjadi langganan , dan setelah makan juga tak terjadi masalah apapun.

free counters
Catatan: blog ini disertakan label :
Sri , Gutomo, Pawenang, Arjo, Sopuro, Harjosapuro, Suwartini, Hyang, Maha, Kuwasa, Widhi, Sapta, Darma, Kerohanian , warga , wahyu , budi , luhur , sujud , wewarah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar