Rabu, 12 Agustus 2009

Perjalanan hidup Sri Gutomo (hal 3)

Hubungan keluarga Pak Arjo Sopuro dan Pak Kemi
Pak Arjo Sopuro, karena sangat menderita kekurangan penghasilan, jarang-jarang pulang kerumahnya, terutama bila pada hari tersebut tidak memperoleh penghasilan. Tidur di lapaknya yang berada di pinggir jalan Koplakan. Diceritakan, dari empat mitra ini yang punya penghasilan cukup hanya Pak Kemi. Karena itu, bila sedang tak ada yang akan dimakan sekeluarga pada hari itu, kadang menyuruh salah satu puteranya meminjam beras pada Pak Kemi. Hubungan Bu Kemi dan Bu Arjo itu sangat erat, melebihi saudara kandung. Tak ada pikiran lain, malah kebetulan masalah pinjam meminjam itu menjadi pengikat persaudaraan. Umur Pak Kemi jauh lebih tua dari Pak Arjo Sopuro. Karena itu Pak Arjo Sopuro menuakan Pak Kemi dengan sebutan kakak Kemi, dan sebaliknya Pak Kemi hanya menyebut Arjo saja, tanpa sebutan apa-apa. Kelak, ketika Pak Arjo sudah dikenal dengan nama Sri Gutomo, Pak Kemi menyapa dengan sebutan Pak Sri atau Mas Arjo, Pak Arjo dengan segera membetulkan dengan mengatakan “Panggil namaku Arjo saja”.

Bapak Sukemi Handini (Pak Kemi)
Tokoh Pak Kemi ini penting, karena selama dua tahun awal peristiwa turunnya wahyu sujud, beliaulah yang selalu dipanggil oleh Pak Arjo untuk menyaksikan setiap kali turun wahyu (perintah) dari Hyang Maha Kuasa. Tatkala teman yang lain sudah berdatangan, tetapi Pak Kemi belum datang, Pak Arjo selalu menyuruh memanggilkan beliau. Karena itu beliau disebut sebagai “paseksen” pertama, yang artinya orang yang menjadi saksi pertama dalam penerimaan wahyu.
Pak Kemi berasal dari Demak, dekat kota Kudus dan Semarang, ibukota Jawa Tengah. Ayahnya bernama Saji Joyo Ulomo. Orang berkecukupan, sawahnya beberapa hektar. Sayang Pak Saji Joyo Ulomo kurang giat dalam pertanian. Siang malam kerjanya hanya mengaji (mendalami Al Qur’an) saja. Oleh karena itu, sedikit demi sedikit sawahnya habis terjual. Anak-anaknya menderita kemiskinan. Pak Kemi sejak muda senang mencari ilmu , belajar ilmu pada guru kebatinan dimana-mana. Tak heran bila memiliki banyak ilmu kebatinan (lebih dari 40 ilmu). Beliau pernah bercerita, pada suatu hari mencari bambu dipinggir hutan untuk dijual. Ketahuan penjaga hutan, kemudian dikejar. Sambil membawa satu lonjor bambu, perjaka Sukemi kemudian melompati sungai yang agak lebar. Selamat, tidak tertangkap karena „ilmu“nya. Bambu kemudian dijual.
Sejak saat itu sadar, bila terus menerus demikian keberadaannya, tentu sengsara hidupnya. Kemudian mempunyai rencana untuk menjadi kernet (pembantu sopir) mobil. Setelah rencana tersebut dilaksanakan, lama kelamaan bisa menjadi sopir mobil. Karena rajin menabung, selanjutnya dapat membeli mobil pribadi, dan tercatat sebagai orang pertama di Pare yang memiliki mobil pribadi. Pada waktu penjajahan Jepang, mobil ini dirampas oleh Jepang.

free counters
Catatan: blog ini disertakan label :
Sri , Gutomo, Pawenang, Arjo, Sopuro, Harjosapuro, Suwartini, Hyang, Maha, Kuwasa, Widhi, Sapta, Darma, Kerohanian , warga , wahyu , budi , luhur , sujud , wewarah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar