Selasa, 08 Desember 2009

Perjalanan hidup Sri Gutomo (hal 26)

Wawasan hal 26

Racut
Racut itu mengandung arti lepas atau melepas. Racut baju kebesaran raja berarti melepas baju yang dikenakan. Apa yang hamba maksudkan racut disini adalah lepas atau perginya Hyang Maha Suci yang akan menghadap Hyang Maha Kuwasa.
Sudah diceriterakan diatas, bahwa Hyang Maha Suci itu yang menguasai kehidupan jasmani setiap orang. Bila jasmani ditinggalkan Hyang Maha Suci, tentu lemas raganya seperti wayang kulit Gatotkaca yang kehilangan sarana penegaknya (gapit).
Warga Sapta Darma tidak menyebutkan roh, jiwa, nyawa sukma dan lain-lain sebagainya, karena sudah mengetahui bahwa itu adalah Hyang Maha Suci, utusan Hyang Maha Kuwasa, yang ditugaskan memelihara jasmani manusia. Menyebut Hyang Maha Suci juga menunjukkan bahwa mengetahui yang menghidupinya. Umumnya, ditempat manapun, setiap orang selalu menyebutkan bahwa yang mengatur kehidupannya adalah Hyang Maha Kuwasa.
Melakukan ritual racut ini, tidak semaunya sendiri. Harus sujud dulu, dan kemudian ditambah satu sujudan lagi dengan ucapan "Hyang Maha Suci menghadap Hyang Maha Kuwasa". Bila direstui, artinya diberi sarana untuk hal itu, maka akan terlaksana sampai ketempat yang dituju.
Tatkala Pak Arjo masih berada bersama warga, ritual racut mudah dilaksanakan setiap saat. Walaupun begitu, Bila sekarang ada yang menginginkan, juga bisa terlaksana asalkan telah dapat membersihkan pribadinya dengan melakukan sujud yang tekun.
Bopo Sri Gutomo memberi tahu bahwa racut itu ritual yang rumit, bukan karena sulit, tetapi karena harus meneliti dulu keseluruhan kondisi tubuh. Harus diteliti dengan cermat agar semuanya berjalan sempurna, sebab akan ditinggal pergi Hyang Maha Suci. Ini yang disebut tunduk serta patuhnya saudara sebelas yang mengatur fungsi tubuh manusia.
Pada tahap awal, para warga dibimbing dalam ritual penggalian yang dilakukan selama dua belas malam atau enam hari siang malam.
Dalam hal ritual penggalian ini, hamba sarankan bertanya pada tuntunan penggalian yang bertugas untuk menerangkannya.
Tentang pusaka Nogososro dan Bendo Segodo, hamba kurang memahami, namun bila pembaca ingin tahu, dibawah ini ada gambar dan keterangan sekadarnya, yang telah hamba ambil dari internet.
***********
Para pembaca yang terhormat,
Ritual racut itu sesuatu yang amat langka. Tak terbatas hanya Pak Arjo saja yang mampu melakukannya. Para mitranya juga berhasil menjalankan ritual ini dengan mengikuti petunjuk Pak Arjo, walaupun sesungguhnya semua itu atas perkenan Hyang Maha Kuwasa. Peristiwa ini menunjukkan bahwa siapa saja bisa menghadap Hyang Maha Kuwasa dengan cara melakukan ritual racut.
Diceriterakan, sehabis racut, setiap orang merasa menerima/memegang bermacam gambar. Ada yang memegang bunga, yang lain memegang wayang kulit Arjuno atau Kresno dan sebagainya. Sedangkan Pak Arjo, setiap selesai melakukan racut, selalu merasa memegang gambar wayang Semar.
Menurut pendapatnya, semua itu adalah lambang yang mengkiaskan kepribadiannya.
Sebagai contoh, tatkala Pak Arjo melakukan racut, merasa menerima baju kebesaran kerajaan. Setelah mendekati kesadaran, pakaian tersebut seolah tetap masih menempel dibadan dan tak berubah bentuk. Hal ini menunjukkan bahwa kepribadiannya laksana raja yang berbudi luhur. Berbeda dengan Pak Kemi, tatkala melakukan racut juga menerima baju kebesaran kerajaan. Setelah kembali kesadarannya, merasa baju tersebut masih menempel ditubuhnya, hanya bentuknya berubah menjadi "klaras" yaitu daun pisang yang kering. Ini adalah pertanda yang menyatakan bahwa Pak Kemi itu adalah orang yang dapat menyelaraskan (klaras) kehidupannya dengan masyarakat sekelilingnya. Artinya dapat menyesuaikan diri dengan semua orang, kaya miskin, laki-perempuan, tua-muda, orang baik atau jahat.
Orang yang merasa memegang bunga, menandakan bahwa membawa nama harum, artinya, setiap orang membicarakan pribadinya yang baik. Oleh sebab itu, apa yang diterima Pak Arjo pada saat melakukan racut, tentu tak sama dengan perolehan para mitranya.
Pada kesempatan yang baik ini, hamba ingin menunjukkan gambar-gambar yang mungkin dapat menambah wawasan para pembaca. Semua gambar ini di"donlod" dari internet. Juga disertakan alamatnya, barangkali ada yang berminat "browsing"


SUMUR GUMULING
http://kratonjogja.com/isi.php?menu=heritage&lang=ina&sub=3
Nama Sumur Gumuling itu berarti dari Sumur yang mana Makmum (Umat)-nya berada di sekelilingnya. Imam yang memimpin tidak perlu menggunakan pengeras suara karena konstruksi bangunan yang melingkar menyebabkan adanya gema yang menyebabkan suara menjadi lebih keras.
Sumur Gumuling gb 1
Sumur Gumuling gb 2.
Sumur Gumuling gb 3.
Sumur Gumuling gb 4.
Sumur Gumuling gb 5.

SUMUR JOLOTUNDO
http://www.banjarnegarakab.go.id/menu.php?name=Halaman_Potensi&sop=lihat_halaman&artid=57

Sumur Jalatunda berasal dari kawah yang telah mati ribuan tahun yang lalu kemudian terisi air sehingga menyerupai sebuah sumur raksasa.
Sumur ini mempunyai garis tengah kurang lebih 90 meter dan kedalaman ratusan meter. Ada kepercayaan penduduk setempat jika seseorang berhasil melemparkan batu menyeberangi sumur tersebut, maka segala keinginannya akan terlaksana. Bahkan air sumur Jalatunda mempunyai kekuatan magic sehingga banyak dimanfaatkan wisatawan.
Sumur jolotundo GB 1.
Sumber : DISPARBUD Banjarnegara

http://smulya.multiply.com/photos/album/57#photo=1.jpg
Sumur Jolotundo gb 2.

http://smulya.multiply.com/photos/album/57#photo=3.jpg
Sumur Jolotundo gb 3.



KERIS NOGOSOSRO
http://kerisindonesia.blogspot.com/2006/02/keris-nogososro.html

Konon keris ini dibuat saat Majapahit (era pemerintahan Brawijaya IV, 1466 – 1478 M), terancam oleh issue pemberontakan Blambangan. Info ini didapat dari intelijen bahwa Adipati Blambangan akan mengadakan pemberontakan. Sang Prabu langsung mengeluarkan “inprab” (instruksi prabu … () yg isinya agar para Empu menyiapkan berbagai senjata guna menghadapi Blambangan. Seorang Empu bernama Pangeran Sedayu berhasil menyelesaikan sebilah keris berlekuk 13, yg kelak terkenal dengan sebutan keris Kanjeng Kyai Nogososro. Menurut kepercayaan yang ada, akhirnya Majapahit berhasil meredam berbagai bencana dari segala penjuru. Blambangan ditahlukkan. Pangeran Sedayu, bergelar Empu Supo Mandrangi.
http://upload.kapanlagi.com/images/thumb/20080826102933_Nagasasra_resize_48b3789d08bf9-t.jpg
Keris Nogososro
Keris ini berdapur Nagasasra, kinatah emas dan warangka ladrang Surakarta. Pendhok-nya bertabur intan
Nogo Sosro - Kinatah Emas
Tangguh Mojopahit
Warangka Ladrang Gaya Surakarta
Kayu Benggol Jati/ Tunas Jati
Pamor Sisik Ular
Dapur Luk 13 - Sangkelat
Fungsi : Kekuasaan / Kejayaan / Wibawa / Drajat

Keris NogoSosro gb 1.

Keris NogoSosro gb 2.

KERIS BENDO SEGODO
http://www.indomarketsite.com/product/detail/1
Deskripsi Produk

keris ini adalah pusaka peninggalan Sultan Hamengku Buwono IX. Berjenis pamor bendo segodo terlihat dari bentuknya menyerupai bulatan menggumpal dari bawah keatas. Tuahnya untuk jalan rejeki dan pergaulan serta ketentraman rumah tangga. Tergolong tidak pemilih.
http://www.heritageofjava.com/
BENDO SAGODO, pamor yang gambarnya merupakan bentuk gumpalan yang mengelompok rapat, masing masing gumpalan terpisah jarak 0.5 cm – 1 cm dan tergolong pamor rekan. Tuahnya gampang mencari rezeki dan pamor ini tidak pemilih.
Bendo Segodo
Tangguh Tuban / Majapahit
Warangka Sandang Walikat
Kayu Sawo
Pamor Bendo Segodo
Dapur Tilam Sari / Brojol
Fungsi : Kerejekian
Keris Bendo Segodo

free counters
Catetan: blog puniko mawi label :
boso, budi, darma, darmo, Gutomo, Hyang, jawi, jowo, Kuwasa, Kuwoso, lelampahan, Maha, sapta, sapto, Sri, wahyu, warga, wargo, Widhi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar