Senin, 01 Agustus 2011

Perjalanan hidup Sri Gutomo (hal 31)

free counters
Free counters

WEWARAH AGAMA SAPTA DARMA JILID 1
dikerjakan oleh
SRI PAWENANG
Juru Bicara Panuntun Agung Agama "SAPTA DARMA"
Dikeluarkan oleh : Yayasan "SRATI DARMA"
-------------------------------------------------------------------------------------
Dilarang kepada siapa saja yang mencetak atau menjual buku ini.

SEMBOYAN
Dimana saja kepada siapapun warga Sapta Darma harus bersinar laksana surya



Foto Panuntun SRI GUTAMA


Foto Panuntun wanita SRI PAWENANG


ISI BUKU
Bab I. Pembuka kata.
" II. Yang ingin dicapai Agama "Sapta Darma".
" III. Katerangan wewarah 7, kewajiban warga "Sapta Darma".
" IV. Katerangan simbol "Sapta Darma".
" V. Katerangan bab sujud.
" VI. Kegunaan sujud dan keterangan asal mula air suci (sari-sari).
" VII. Menyembuhkan orang sakit serta cara2nya.
" VIII. Ening atau "Semedi" (meditasi)
" IX. Tukar hawa, Ulah rasa dan Racut.
" X. Tali rasa.
" XI. Tanggal yang perlu diingat dan dirayakan.

1. PEMBUKA KATA
Buku "wewarah Agama Sapta Darma" cetakan terdahulu walaupun isinya sudah memadai, namun untuk menuruti permintaan banyak warga dan para pembaca yang membutuhkan keterangan2 yang jelas, agar jangan terjadi pengertian yang semrawut dalam menjalankan wewarah, maka Penggubah (Sri Pawenang) mendapat ijin dari beliau Panuntun Agung, membuat buku ini, yang isinya tidak merubah pokok yang lama, hanya letak dan urutan yang dibicarakan, dirubah, ditambah dan dikurangi, sesuai kemampuan para penghayat.
Diharapkan buku ini dapat diteruskan menjadi beberapa jilid, yang isinya dapat mencakup seluruh wewarah serta ilham-ilham yang diterima oleh Bapa Panuntun SRI GUTAMA.
Oleh karena itu, buku keluaran baru ini memuat dasar2 serta keterangan2 yang lebih jelas, sebagai pencerah bagi yang memerlukan, agar supaya jangan sampai merasa ragu2 dalam mengolah pribadi untuk mencapai pribadi yang luhur.
Bahasanya adalah bahasa Jawa, disesuaikan dengan ucapan2 dalam sujud, tetapi tak ada salahnya bila nanti dikeluarkan dalam bahasa yang lain, sesuai dengan keadaan.
Bilamana isi dan keterangan2 yang terkandung dalam buku ini ternyata masih kurang jelas, diharapkan yang bersangkutan minta keterangan pada warga/ tuntunan terdekat. Demikian ini karena buku ini hanya untuk mencukupi kebutuhan warga "Sapta Darma" terlebih dulu.
Oleh karena itu, jika ada peminat yang ingin menjalankan sujud, kita beritahu agar minta petunjuk pada warga/ tuntunan "Sapta Darma" agar mendapat petunjuk yang benar dalam melakukan sujud. Jangan mencoba sendiri. Petunjuk tersebut diperlukan agar supaya tidak keliru dalam melakukan sujud tersebut.
Selanjutnya, semua kritik dan petunjuk untuk penyempurnaan buku ini sangat diharapkan dan akan diterima secara ikhlas dan dengan hati yang suci.
Pada akhirnya, semoga buku ini dapat berguna bagi para pembaca umumnya serta para warga "Sapta Darma" khususnya.
Semoga Hyang Maha Kuwasa senantiasa melindungi dan mengabulkan semua tujuan luhur Satria Utama untuk kesejahteraan Dunia.
Yogjakarta, 1 Asyura 1891.
Penyusun.

1. WEWARAH TUJUH kewajiban warga "Sapta Darma"
"Setiap warga harus menjalankan":
1. Setia dan meyakini adanya Pancasila Allah.
2. Dengan jujur dan kesucian hati harus setia menjalankan undang2 dan peraturan di negaranya.
3. Ikut menyingsingkan lengan baju bela negara.
4. Menolong siapa saja bila perlu, tanpa imbalan apapun kecuali hanya berdasarkan rasa belas kasihan.
5. Berani hidup berdasar kemampuan diri sendiri.
6. Perilaku terhadap warga masyarakat harus sopan santun diikuti kehalusan budi pekerti, senantiasa memberi pencerahan dan ketenangan hati pada orang lain.
7. Berkeyakinan bahwa keadaan dunia ini tidak abadi, selalu berubah anyakra manggilingan (seperti perputaran roda)


II. Tujuan yang ingin dicapai Agama "Sapta Darma"
Tujuan Agama "Sapta Darma" adalah kesejahteraan dunia. Yaitu berusaha agar kehidupan manusia bahagia didunia dan akherat.
Oleh karena itu "Sapta Darma" akan membimbing manusia , menuju kesempurnaan hidup rohani dan jasmani. Untuk melaksanakan tujuan tersebut "Sapta Darma" menghaturkan pencerahan kepada seluruh umat manusia, dengan meneruskan ilham2 "Sapta Darma" yang pada awalnya diterima oleh Panuntun Sri Gutama, bangsa Indonesia berasal dari Pare (Kediri) Jawa Timur. Sejarah turunnya ilham2 yang selalu disertai para saksi dari mitranya bergantian, akan dimuat dibuku wewarah jilid berikutnya.
Dalam hal inti sari pelajsaran Agama "Sapta Darma" yang telah diwacanakan kepada seluruh umat yang berminat, perinciannya dibawah ini.
1. Menanamkan kepercayaan yang kuat, dengan cara menunjukkan bukti2 beserta kesaksian-kesaksian, bahwa Allah itu ada dan Esa, menguasai alam semesta beserta isinya. Memiliki sifat utama dalam lima hal yaitu :
a. Maha Agung. b. Maha Rokhim c. Maha Adil d. Maha Wasesa e. Maha Langgeng
Oleh karena itu, manusia berkewajiban meluhurkan nama Allah, serta setia dan yakin menjalankan perintahNya.
2. Berlatih menyempurnakan sujudnya yaitu menyembahnya rohani kepada Hyang Maha Kuwasa, menggapai keluhuran budi, dengan cara2 yang mudah dan sederhana yang dapat dilakukan oleh semua umat manusia.
3. Mendidik manusia bertindak suci dan jujur, membawa budi dan perilaku menuju kearah keluhuran dan keutamaan sebagai bekal hidup berkeluarga didunia dan akherat.
Oleh karena itu "Sapta Darma" mendidik warganya menjadi Satria Utama yang senantiasa mengedepankan kesusilaan dan berbudi baik, berhati belas kasih, gemar menolong sesama umat yang sedang diliputi kegelapan, juga mendidik agar hidup berdasar kekuatan diri sendiri, jauh dari mementingkan diri sendiri, giat bekerja,dimanapun, kepada siapa saja senantiasa bersinar laksana surya.
Terhadap warga "Sapta Darma" kandungan "Wewarah Tujuh" wajib dijalankan dan diletakkan pada tempat yang benar serta didarmakan kepada sesama umat.
4. Memberi petunjuk pada para warga agar bisa mengatur kehidupannya dengan lebih baik. Mengingat hidup manusia didunia ini didukung oleh kehidupan rohani dan kehidupan jasmani. Dengan demikian harus bisa membagi waktu, misal: diwaktu siang hari bekerja untuk mencukupi kebutuhan jasmani, dan pada malam hari atau diwaktu luang, untuk memenuhi kebutuhan rohani (sujud menyembah kepada Hyang Maha Kuwasa, mengelola rasa dan sebagainya). Jika keduanya dilakukan dengan tertib, tentu dapat menggapai keluhuran rohani dan jasmani.
Petunjuk untuk mengolah kesempurnaan sujud yang tertulis di angka 2 bila dilakukan dengan ikhlas dan meneliti rasa yang amat halus, menurut "Sapta Darma" dapat memberdayakan manusia memiliki bermacam-macam kewaspadaan, misalnya kewaspadaan dalam penglihatan, penciuman, pengertian,rasa dan dalam berbicara.
Yang sudah dibuktikan oleh kebanyakan warga "Sapta Darma" misalnya:
Sabda Usada untuk menolong orang sakit. Kewaspadaan dalam penglihatan, penciuman, pengertian untuk menerima tanda-tanda alam dari Hyang Maha Kuwasa.
Untuk menggapai tujuan memiliki sabda luhur dan kewaspadaan dalam "Sapta Darma" itu dilakukan disanggar, bersama para warga, dengan dibimbing oleh tuntunan sanggar, misalnya diwaktu malam hari, walaupun hanya sampai jam 23.00 atau jam 24.00.
Bila dirumah, dapat dilakukan setiap saat, untuk berlatih sendiri ditempat yang telah ditentukan, yaitu ditempat yang tenang, bersih dan suci.
Tempat tidur bukan tempat untuk melakukan sujud.
Jadi bagi "Sapta Darma", sanggar itu adalah tempat suci, maka harus dijaga kesuciannya, tak boleh melakukan pekerjaan yang mengganggu ketenteraman dan kesucian. Misalnya: berolok-olok, berdebat , melakukan pekerjaan maksiat dan sebagainya.
Peringatan
Kepada para warga, atau siapa saja yang melakukan, melatih sujud, ulah rasa atau racut, sangat dilarang meninggalkan wewarah yang tertulis dibuku suci ini, misalnya sikap yang kurang susila pada saat menghadap Hyang Maha Kuwasa.
Maka bila menjalankan latihan bersama didalam sanggar, sebaiknya ada salah seorang warga yang ditugaskan oleh tuntunan untuk mengawasi perilaku warga yang lain.
6. Menghilangkan kepercayaan terhadap semua yang berbau mistik.
Sampai dengan saat ini, sebagian besar bangsa Indonesia masih percaya pada hal yang berbau mistik. Hal ini sering menghambat kemajuan bangsa dalam kehidupan bermasyarakat didunia ini. Pelajaran dari "Sapta Darma" hanya memberi tempat maha tinggi kepada Allah Yang Esa, sedangkan manusia termasuk umat yang diberi derajad tertinggi didunia dan memperoleh anugerah dari Hyang maha Kuwasa.
Karena itu penganut Agama "Sapta Darma" yang telah melakukan sujud serta telah menjalankan kewajiban yang terangkum dalam Wewarah Tujuh, tidak perlu menghindari hari, bulan, kalamangsa dan sebagainya untuk melakukan pekerjaannya.
Dilarang: memuja batu, kayu, mengagungkan segala benda buatan manusai biasa, menghormati dan minta pertolongan makhluk halus, memasang segala bentuk sesaji dengan tujuan agar tak diganggu penunggu rumah, pekarangan atau dusun dan bermacam-macam takhayul lainnya.
Semboyan warga "Sapta Darma":
"Satria Utama dikasihi dan dilindungi oleh Hyang Maha Kuwasa, dijauhkan dari perbuatan si angkara murka".
Dengan demikian, kepada para warga "Sapta Darma" jika bersungguh hati menjalankan wewarah yang telah digelar oleh Panuntun Agung Agama "Sapta Darma", tentu mampu menggapai ketenteraman pribadi, kebahagiaan umat manusia didunia dan di alam akherat.

III Wewarah tujuh kewajiban warga "Sapta Darma" beserta keterangannya.
Setiap warga harus menjalankan kewajiban yang tertera dibawah ini:
1. Setia serta patuh kepada adanya Pancasila Allah.
Yang dinamakan Pancasila Allah adalah sifat keluhuran Allah yang terdiri dari lima hal:
a. Maha Agung. b. Maha Rokhim c. Maha Adil d. Maha Wasesa e. Maha Langgeng
Artinya: Kata Maha berarti melebihi , tak ada yang menyamai.
Allah Hyang Maha Agung , artinya tak ada yang melebihi keluhuran budiNya, maka manusia seyogyanya memiliki watak berbudi luhur pada sesama umat.
Allah Hyang Maha Rokhim.
Artinya tak ada yang menyamai dalam hal kasih sayangNya,karena itu hendaknya manusia memiliki watak kasih sayang terhadap sesamanya.
c. Allah Hyang Maha Adil.
Artinya tak ada yang menyamai dalam hal keadilanNya, maka manusia harus bertindak adil terhadap siapa saja, yang maknanya tidak membeda-bedakan satu dengan yang lain.
strong>d. Allah Hyang Maha Wasesa.
Artinya Allah menguasai seluruh isi alam semesta termasuk didalamnya umat manusia.Dan kita manusia diberi kekuasaam dan kemampuan untuk kebutuhan rohani dan jasmani.
e. Allah Hyang Maha Langgeng.
Artinya Allah bersifat abadi, keabadiannya tak ada yang menyamai. Dalam hal ini manusia yang langgeng adalah rohaninya, sebab rohani berasal dari sinar cahaya Allah, jasmani berasal dari sarinya bumi. Maka manusia seyogyanya senantiasa berusaha agar memiliki watak berbudi luhur.
Keluhuran budi akan tercermin dalam keluhuran nama. Bila besok rohani meninggalkan jasmani, manusia mati, keluhuran nama tetap dikenang, tetapi jasmani yang berasal dari sari2 bumi kembali keasalnya lagi, yaitu bumi. Sedangkan rohani kembali ke alam langgeng atau pusatnya.

2. Dengan jujur dan kesucian hati harus setia menjalankan undang2 negaranya.
Keterangan
Manusia hidup didunia adalah menjadi warga negara suatu negara.
Semua undang2 dan peraturan setiap negara tentu mempunyai tujuan untuk kebaikan negara tersebut
Oleh karena itu, kita yang menjadi warga Agama "Sapta Darma" dan menjadi warga negara disitu hendaknya dengan jujur dan dengan kebersihan hati menjalankan peraturan negaranya agar negaranya menjadi sejahtera seperti yang diidam-idamkan. Misalnya: Kita sebagai warga negara Indonesia harus taat kepada Undang2 Negara Indonesia.

3. Ikut menyingsingkan lengan baju menjaga berdirinya Nusa dan Bangsa
Keterangan
Warga "Sapta Darma", kepada semua kuwajiban yang menuju ketenteraman dan kemajuan serta kesejahteraan nusa dan bangsanya, tidak boleh mengingkari atau bersifat masa bodoh. Harus ikut membantu dengan tenaga ataupun harta benda serta pikiran yang seharusnya, sesuai dengan kemampuan masing2.

4. Memberi pertolongan pada siapa saja bila perlu, tanpa tujuan apapun, kecuali rasa belas dan kasih.
Keterangan:
Sarana untuk menolong itu bermacam-macam, yaitu : tenaga, harta benda dan pikiran.
Untuk warga "Sapta Darma" masih ada tambahannya: Sabda Usada yang digunakan menolong orang sakit. Pertolongan yang dilakukan ini tidak boleh disertai pamrih apa saja kecuali hanya berdasar belas kasih . Apalagi menolong orang sakit dengan menggunakan sabda, karena sabda ini milik Hyang Maha Kuwasa, sedangkan warga hanya sebagai perantara untuk menjalankan keRokhiman Allah. Karena itu, bila ada yang melanggar, silahkan merasakan jika nanti ada hukuman Allah.

5. Berani hidup berdasarkan kemampuan dan kekuatannya sendiri.
Keterangan

Manusia hidup ini sudah dianugerahi akal-budi serta peralatan memadai untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Warga "Sapta Darma" harus menjalani kehidupan dengan menggunakan kekuatannya sendiri, jangan mengharapkan pertolongan orang lain. Tidak boleh menginginkan milik orang lain dengan menuruti hawa nafsu, yang akan merugikan siapa saja. Harus memiliki keyakinan jika bekerja dengan jujur serta menggunakan akal budi yang utama, akan mampu mencukupi kehidupannya.

6. Tingkah laku dalam bermasyarakat harus bersikap susila, dengan kehalusan budi pekerti, senantiasa memberi pencerahan dan kelegaan orang lain.
Keterangan:

Yang disebut bermasyarakat adalah berhubungan dengan siapa saja dalam masyarakat.
Warga"Sapta Darma" harus bisa saling berhubungan denga siapa saja, pria atau wanita, tua atau muda, besar kecil, berbudi luhur dan yang berbudi pekerti rendah.
Melatih watak merendah, halus dalam tingkah laku, didalam berbicara senantiasa membuat kelegaan pada setiap orang. Menempatkan kesusilaan dalam bersikap yaitu wanita terhadap pria, pria terhadap wanita, serta selalu menjaga keluhuran pribadi.

7. yakin bahwa keadaan dunia ini tidak abadi, selalu berubah seperti perputaran roda.
Keterangan

Perubahan dunia seperti halnya perputaran roda. Warga"Sapta Darma" harus selalu mengingat bahwa keadaan dunia itu tidak tetap.

Kesimpulan:
Jadi yang disebut warga "Sapta Darma" harus menjalankan Wewarah 7.
Sapta = 7, Darma = kewajiban suci (bakti).
Jadi wewarah 7 ini tidak boleh dipisah-pisahkan antara satu dengan yang lain, sebab ini merupakan satu kesatuan.

IV SIMBOL "SAPTA DARMA"
Keterangan:

Gambar ini menggambarkan sifat2 dan kepribadian manusia.
1. Bentuk luar segi empat yang berupa belah ketupat menyiratkan : asal kejadian manusia.
a. disebelah atas sinar cahaya Allah;
b. disebelah bawah sari2 bumi;
c. kiri dan kanan adalah perantara bapak dan ibu.

2. Pinggir hijau tua menggambarkan jasmani.

3. Dasar warna hijau maya (hijau muda)
Ini menggambarkan sinar cahaya Allah, atau getaran. Oleh karena itu , didalam jasmani manusia diliputi sinar cahaya Allah.

4. Segitiga berjumlah tiga buah yang besarnya sama berwarna putih,
menunjukkan asal terbentuknya manusia dari tri tunggal, yaitu :
1. air sari dari ayah (sebelah kiri)
2. air sari dari ibu (sebelah kanan)
3. sinar cahaya Allah (dari atas)
Putih menunjukkan kesucian, besarnya sama, luar dan dalam sama-sama bersih.
Maksudnya Warga "Sapta Darma seyogyanya mengetahui, bahwa awal terbentuknya manusia berasal dari unsur bersih atau suci. Oleh karena itu, dianjurkan untuk berusaha kembali menuju kesucian seperti asal terbentuknya, dengan cara membersihkan jasmani dan rohaninya.

5. Tiga buah segitiga memiliki sudut sebanyak 3 X 3 = 9
Menyiratkan bahwa manusia memiliki 9 lubang, yaitu mulut 1, mata 1, hidung 2, telinga 2 dan dibawah 2.

6. Bentuk lingkaran ditengah menunjukkan : keadaan dunia yang selalu berubah (seperti perputaran roda). Rohani manusia akan kembali pada Hyang Maha Kuwasa di Alam Abadi. Jasmani juga akan kembali keasalnya, yaitu berasal dari sari2 bumi akan kembali ke bumi lagi.
a. Warna hitam:
Getaran hitam keluar dari mulut, bila kita berkata buruk.
Pengertiannya, asal mula getaran hitam ditimbulkan oleh getaran yang sudah beku.
Agar supaya getaran beku bisa cair dan menjadi bersih caranya dengan sering melakukan sujud dan tidak berkata buruk terhadap siapapun.

Lingkaran berwarna merah artinya:
Getaran merah berasal dari telinga jika kita sedang marah.
Pengertian warna merah: yaitu karena pengaruh dari rangsangan suara, memberi dampak getaran indria yang berada ditelinga, jika mendengar suara atau pembicaraan yang buruk atau kurang cocok dengan rasa yang dikehendaki oleh roh suci manusia. Maka akan bereaksi keras, dan timbul kehendak untuk menaklukkan pada siapa saja yang berbicara atau apa yang terdengar tadi. Dengan hal yang demikian itu, manusia harus bisa membimbing sifat buruk tersebut dengan tidak mendengarkan semua suara yang buruk, dan kalaupun mendengar, tak perlu dimasukkan dalam hati.

Lingkaran berwarna kuning menyiratkan: keinginan, getaran kuning keluar dari indria penglihatan (mata) jika menginginkan segala sesuatu yang kelihatan.
Pengertian warna kuning: artinya keinginan yang disebabkan oleh daya rangsang mata yang sedang melihat sesuatu yang baik atau hal lain yang diinginkan.
Oleh karena itu setiap manusia harus dapat membimbing keinginannya itu untuk tujuan yang benar

d. Warna putih artinya: perilaku suci. sebagian besar berasal dari hasil karya rangsang penciuman (hidung). Hidung hanya dapat atau mau menerima sinar2 Allah saja atau semuanya yang suci dan bersih. Dalam hal ini, bila ada getaran atau bau yang jelek, hidung tak mau menerima (otomatis kita tutup lubang hidung). Yang demikian ini karena hidung sudah memiliki kewaspadaan. Maka jika manusia ingin memiliki kewaspadaan, upayakan agar ketiganya (mulut, telinga,mata) dapat bertindak seperti indria hidung.
Artinya: mata hanya digunakan untuk melihat yang baik saja, telinga untuk mendengarkan perkataan yang baik saja, serta mulut jangan sampai mengeluarkan kata2 kotor, harus yang baik (putih,bersih). Dalam hal ini dapat menyesuaikan dengan asal manusia yang suci (putih).

Besar kecilnya lingkaran ini menunjukkan besar kecilnya keempat sifat yang dimiliki manusia. Oleh sebab itu manusia harus dapat memilah-milah semua tingkah laku, mana yang termasuk dalam warna hitam, merah, kuning dan putih.

7. Gambar lingkaran putih, ditengahnya ditutup gambar Semar
Ini memberi petunjuk adanya lubang pada ubun2 kepala. Jadi lubang 9 yang telah disebut dimuka (no. 5), diakhiri no. 10 yang disebut pudak sinumpet di ubun2.
Gambar lingkaran (ubun2) putih menyiratkan adanya Sinar Cahaya putih, yaitu getaran suci (Hyang Maha Suci) yang mampu berhubungan dengan Hyang Maha Kuwasa. Dengan dasar ini, bila kita melakukan sujud usahakan agar Hyang Maha Suci sujud Hyang Maha Kuwasa. hal ini dilakukan dengan cara menyatukan rasa diubun-ubun, sampai berwujud sinar cahaya putih yang mampu menghadap Hyang Maha Kuwasa.

8. Gambar Semar menyiratkan keluhuran budi pekerti.
maksudnya: Warga "Sapta Darma" hendaknya memiliki perilaku seperti Semar yang berbudi luhur.
Semar menunjuk keatas dengan jari menyatakan bahwa tak ada yang disembah selain hanya Allah yang Esa.
Semar menggenggam menyiratkan menggenggam rasa keluhuran.;
membawa pusaka menyiratkan sabda yang serba putih.
Lipatan sarung ada lima menyiratkan telah mendudukkan Panca Sila Allah.
Oleh sebab itu warga"Sapta Darma" hendaknya melatih pribadinya mencontoh perilaku Ki Lurah Semar seperti tersebut diatas. Dalam pengandaian, Semar adalah Dewa yang beralih rupa untuk hidup dibumi, walaupun jasmaninya jelek, tetapi berbudi luhur.

9. Tulisan dalam huruf Jawa: napsu, budi, pekerti,
ini petunjuk bahwa pribadi manusia memiliki napsu, budi,pekerti baik dan buruk (tinggi dan rendah). Agama "Sapta Datma" membimbing manusia untuk menggapai budi paekerti yang luhur.

Tulisan "Sapta Darma"
artinya: Sapta = tujuh. darma = kewajiban suci.
Maka warga"Sapta Darma" diwajibkan menjalankan dan mengamalkan wewarah 7 seperti yang dikehendaki Hyang Maha Kuwasa.
Dengan demikian, menurut keterangan yang tersebut diatas, simbul "Sapta Darma" ini memberi gambaran kepribadian manusia , yang perlu dimengerti dan dibenahi oleh para para penghayat keluhuran budi menurut wewarah Agama "Sapta Darma"


Sujud (sembahyang) "Sapta Darma" dan keterangannya
Warga "Sapta Darma" diwajibkan paling sedikit sujud sekali dalam waktu 24 jam (sehari semalam). Lebih dari sekali lebih utama.
Bila dilakukan di sanggar, bisa dilakukan bersama dengan Tuntunan, setiap waktu.
Namun lebih baik waktunya ditentukan.

Kesusilaan dalam duduk.
1. Duduk menghadap ke Timur
Untuk Pria, duduk bersila,kaki kanan didepan atau ditumpangkan dikaki kiri, sedangkan untuk Wanita timpuh (duduk diatas kedua kaki).
Walaupun demikian dapat dilakukan senyamannya, asal tidak meninggalkan sikap sopan santun dan kesusilaan.
Tangan dilipat (sedakep) tangan kari didalam, tangan kanan menutupi tangan kiri.
Lihat gambar No 1 dan No 2.

********** Gambar No. 1 dan No. 2 **** Gambar No. 3 dan no 4
(Gambar Pak Sri dan Bu Sri memberi contoh sikap duduk yang benar)

2. Selanjutnya menenangkan badan, mata melihat arah kedepan keujung kain sujud, kira2 1 meter dari tempat duduk, kepala dan ruas2 tulang belakang segaris tegak lurus.

3. Setelah duduk dan badan terasa nyaman,
ucapkan dalam batin:
"Allah Hyang Maha Agung"
"Allah Hyang Maha Rokhim"
"Allah Hyang Maha Adil"


4. Setelah tenang,
disitu mulai terasa getaran dalam tubuh bergerak dari bawah keatas. Sebagai tanda ujung lidah terasa berdenyut-denyut.

5. Selanjutnya
getaran rasa terus berjalan sampai di kepala, dan mata tertutup karena getaran itu.
Kepala terasa berat; dan tanda bahwa getaran sudah berkumpul dikepala adalah badan terasa bergoyang.

6. Dalam kondisi ini,
mulai merasakan sari2 air suci yang berada diujung paling bawah tulang belakang. Berjalan halus sekali menuju keatas melewati ruas2 tulang belakang. Menyebabkan tubuh membungkuk.

7. Proses membungkuk ini
diikuti dengan rasa nyaman sekali sampai dahi menyentuh lantai.

8. Sesampainya dahi menempel dilantai,
kemudian mengucap dalam hati:
"Hyang Maha Suci sujud Hyang Maha Kuwasa" , (diulang 3 X)
Lihat gambar no.3 dan no. 4

9. Setelah bungkukan pertama,
kepala diangkat ditegakkan kembali perlahan-lahan dan kembali duduk tegak seperti semula.

10. Demikian selanjutnya
dan proses diulang sampai kepala menyentuh lantai lagi pada
bungkukan ke 2 ini, selanjutnya mengucap dalam hati:
"Kesalahannya Hyang Maha Suci mohon ampunan Hyang Maha Kuwasa" (diulang 3 X)

11. Kepala dan badan ditegakkan lagi seperti semula.
Pada bungkukkan ke 3 , dalam hati mengucapkan:
"Hyang Maha Suci mertobat Hyang Maha Kuwasa" (diulang 3 X)
Selanjutnya duduk lagi, badan dibiarkan santai beberapa menit.

Keterangan tentang hal sujud
1. Allah Hyang Maha Agung, Allah Hyang Maha Rokhim, Allah Hyang Maha Adil.
Maksudnya: meluhurkan (menempatkan ditempat tinggi) nama Allah, serta ingat pada sifat keluhuran Hyang Maha Kuwasa.
Ucapan dalam batin tersebut tak hanya untuk mengawali sujud saja, tetapi dilakukan pula ketika warga "Sapta Darma" mengawali hening (semedi). Mengenai artinya sudah diterangkan dimuka (Bab III)

2. Hyang Maha Suci Sujud Hyang Maha Kuwasa.
Hyang Maha Suci:: sebutan untuk roh suci kita yang berasal dari sinar cahaya Allah, dan yang meliputi seluruh tubuh kita.
Maha = melebihi segalanya; Kuwasa = menguasai. Arti Maha disini meliputi/ luar biasa.
Jadi Kesucian yang meliputi pribadi kita ini yang sujud pada Hyang Maha Kuwasa
Hyang Maha Kuwasa
= Sebutan Allah yang menguasai alam dan seisinya, termasuk manusia (rohani dan jasmaninya)
Sujud
= menyerahkan seluruh hidup pada kehendakNya.
Artinya: Roh suci kita berserah diri pada kehendak Hyang Maha Kuwasa.

2. Kesalahannya Hyang Maha Suci mohon ampunan Hyang Maha Kuwasa
Artinya: kesalahan Roh Suci mohon ampunan pada Hyang Maha Kuwasa.
Setelah roh suci sujud, kemudian meneliti kesalahan2 (dosa2) setiap harinya. Selanjutnya berserah diri mohon ampunan pada Hyang Maha Kuwasa atas segala dosa2 (kesalahan2) yang telah dilakukan.

3. Hyang Maha Suci mertobat Hyang Maha Kuwasa
Setelah mohon ampunan kemudian bertobat, yang artinya tak akan melakukan dosa ( kesalahan) lagi

Perhatian
Warga "Sapta Darma" hendaknya melakukan sujud yang benar menurut wewarah yang telah disebutkan diatas.
Jangan melakukan sujud jasmani, atau sujud dengan menuruti kemauan, sebab tak ada gunanya dan ini diumpamakan : sujud ikut2an sperti pohon pisang yang roboh, sekelilingnya ikut roboh.
Sujud 3 bungkukan ini disebut "Sujud Dasar" atau "Sujud Wajib"

VI. Kegunaan sujud, serta keterangan asalnya air sari (suci)
Melakukan sujud yang nikmat menurut petunjuk di bab V , besar sekali manfaatnya. Sehari semalam paling tidak dilakukan sekali, dilakukan berkali-kali akan lebih baik, tetapi yang penting adalah dapat merasakan rasa nikmat
jangan tergesa-gesa atau mengejar selesai.
Oleh sebab itu, ketika menjalankan sujud, pilih waktu dan suasana yang tenang dan tenteram diwaktu luang dari pekerjaan.
Sujud mengikuti wewarah ini jika diteliti dengan benar, akan menuntun jalannya air sari yang telah disaring berkali-kali serta memberi jalan pada sinar cahaya yang berada dibadan, dijalankan merata melewati pori2, (lubang2 yang halus sekali), beserta sel2 (pembentuk daging dan urat2) didalam seluruh tubuh manusia.
Perlu diketahui, apakah yang disebut getaran atau air sari itu, dan berasal dari mana ?
Getaran yang dimaksud adalah sinar cahaya Allah
Ini adalah getaran yang digambarkan dimuka sebagai warna hijau muda, yang berada dan meliputi seluruh pribadi manusia.
Maka air sari juga disebut air putih atau air suci
Berasal dari sari2 bumi, diserap tanaman, menjadi makanan yang dimakan manusia.
Sari2 makanan itu berupa air putih yang berada ditulang ekor.
Bersatunya getaran sinar Cahaya Allah dengan getaran air sari yang berjalan halus sekali dalam seluruh tubuh menimbulkan daya kekuatan yang besar sekali.
Maka kekuatan yang ditimbulkan ini dapat diumpamakan atom berjiwa yang berada dalam tubuh dan pribadi manusia.
Kekuatan ini besar sekali kegunaannya, sebab mampu memberantas kuman2 penyakit, menenangkan napsu angkara, mencerdaskan akal dan pikiran., dapat menerima bermacam-macam kewaspadaan (waspada penglihatan, pendengaran, pembau (hidung), kewaspadaan dalam bicara dan juga waspada dalam rasa).
Berkumpul dan menyatu diubun-ubun akan berupa Nur (cahaya putih)
Bila menuju keatas akan menghadap Hyang Maha Kuwasa
mampu menerima berbagai tanda alam misalnya penglihatan atau gambar2, tulisan2 (sastra jendra hayuningrat = tulisan yang jumlahnya tak terhingga yang ditulis oleh Tuhan, untuk kesejahteraan alam semesta) = tulisan tanpa alas dasar.
Sarananya tak lain adalah mengolah rohani pada waktu sujud serta melatih budi pekerti untuk menuju keluhuran.
Mengolah rohani itu pada mereka yang telah mampu, semisal mencetak "atom" yang berjiwa dalam pribadinya.

VII. Menyembuhkan orang sakit serta caranya.
Bagi warga "Sapta Darma", selalu mengingat wewarah 7 (tujuh) serta diwajibkan memberi pertolongan kepada semua umat yang menderita sakit, tetapi sama sekali dilarang minta imbalan atau mempunyai pamrih apa saja, kecuali berdasar belas kasih, hanya karena menjalankan kerokhiman Allah.
Malapetaka Allah akan diturunkan pada siapa saja yang melanggar aturan, sebaliknya Allah akan senantiasa memberi kekuatan dan memberi anugerah kepada siapapun yang dengan setia menjalankan perintahNya.
Rakhmat Allah bisa berasal dari manapun.

Cara penyembuhan
1. Hening dengan mata terbuka ,
ditujukan kebagian tubuh yang sakit.
Setelah rasa terkumpul dimulut, lidah terasa berdenyut-denyut,
Didalam batin menyebut nama Allah: Allah Hyang Maha Agung, Allah Hyang Maha Rokhim, Allah Hyang Maha Adil, kemudian bersabda "Waras"
Dan orang yang sakit tersebut disuruh merasakan apa yang dirasakan setelah disabda tadi.
2. Jika sakitnya telah bertahun-tahun ,
atau sakit dibagian dalam badan, misalnya paru2, asma,ayan,lepra,ginjal,tekanan darah dan sebagainya, maka sisakit dapat dituntuni untuk sujud merasakan nikmatnya rasa
Setelah sujud, kemudian disuruh mengucap dalam batin:"Minta geraknya Nur Rasa"
Hening ditujukan kearah tangan.
Bila tangan sudah bergetar (bergerak), dalam batin agar mengucapkan "Minta diobati sampai sembuh"
Gerak tangan itu diikuti saja kearah mana tujuannya, untuk mengobati sakitnya.
Tak boleh diikuti dan dicampuri perasaan (yang ada maksudnya), atau sengaja diarahkan kebagian badan yang sakit.
Tangan orang sakit itu akan bergerak, meraba bagian badan dimana saja, diikuti saja sampai sakitnya berkurang.
Tindakan tersebut dilakukan setiap hari sampai sembuh.
Bila telah sembuh sakitnya, tentang sujud tadi mau diteruskan juga baik, tidak juga terserah, sebab untung rugi kembali pada diri pribadinya sendiri.
Jadi warga "Sapta Darma" tak boleh memaksa pada siapapun.
3. Bila yang sakit adalah warga sendiri ,
sisakit bertindaklah seperti yang tersebut pada angka 2. Sujud dengan merasakan nikmatnya rasa, kemudian minta geraknya Nur Rasa untuk mengobati penyakitnya itu
Mengingat wewarah No. 5.
Harus berani hidup berdasar kemampuan dan kekuatan diri sendiri
Oleh karena itu bila warga sendiri yang sakit harus mengobati dirinya sendiri, dilarang minta bantuan warga lain.
4. Kalau menemukan orang yang sakitnya telah parah
dan ada rasa bahwa tidak akan sembuh, warga "Sapta Darma" harus menggunakan kewaspadaan rasa . Lakukan hening dengan mata tertutup dan lihatlah tanda2 tentang orang yang sakit ini.
Jika ada penglihatan (gambar):
burung yang akan terbang, pohon yang telah kering, orang yang duduk membelakangi kita, bau mayat,
maka orang tersebut memang garis hidupnya sudah ditentukan Hyang Maha Kuwasa untuk kembali keasalnya (meninggal).
Jika disabda :"waras", sakitnya akan sembuh, tetapi umur sudah akan berakhir, kembali kepada Hyang Maha Kuwasa, dan ini tak bisa dielakkan lagi.
Sedangkan pada saat hening ada penglihatan (gambar):
pohon beringin, bunga mawar mekar, tentu sakitnya akan sembuh.
5. Orang sakit lumpuh atau mati separo
Cara menangani dengan mengusar tali rasanya lantas diminta menggerakkan tangan dan kakinya kemudian disabda "waras"
6. Bila orang sakit jiwa, hilang ingatan atau gila
Lakukan dengan mengusar sekitar otak kecil dengan menggunakan jari tengah tangan kanan, dan ditempat Satria Utama (diantara kedua alis mata) ditepuk pelan 3 X , kemudian disabda "waras"

VIII. Hening (semedi = meditasi)
Hening atau semedi adalah menenteramkan perasaan atau pikiran yang beraneka warna; pengharapan, dan sebagainya, Singkatnya mengosongkan pikiran.
Rasa diarahkan pada Satria Utama
Jadi
walaupun badan bergerak, tetapi jika pikiran sudah diam, berarti sudah hening, hening.

Hening (semedi) secara "Sapta darma" tidak boleh dibuat permainan, sebab menyebut Nama Allah. (Allah Hyang Maha Agung, Rokhim, Adil)
Hening hanya boleh dilakukan untuk tujuan luhur.
Yaitu:
1. Menerima petunjuk dari Hyang Maha Kuwasa
yang berbentuk gegambaran, tanda2 alam, tulisan (sastra jendra hayuningrat)
2. Melihat arwah para leluhur yang telah wafat,
bagaimana keadaannya, apa sudah diterima dalam lindungan Hyang Maha Kuwasa (sudah berada di surga)
Ini dapat dilihat secara hening.
Jika masih berada ditempat penyiksaan, harus dilakukan sujud, dimohonkan ampunanNya, bertobat atas dosa2nya (kesalahan arwah tersebut), agar supaya diangkat dari tempat penyiksaan, dapat diterima ditempat yang baik.
3. Melihat tempat angker
yang selalu mengganggu orang yang berada disekitarnya.
Dengan hening mampu melihat bagaimana wujud roh penasaran/ setan2 yang berada disitu, kemudian dimohon pada Hyang Maha Kuwasa agar diterima kembali ditempat asalnya, jangan mengganggu umat manusia.
4. Untuk mengawali semua tindakan dan perkataan
yang akan dilakukan sepanjang hari, sebagai sarana melatih kesabaran dan kehati-hatian, agar semua tindakannya selalu benar.
5. Hening dapat dilakukan dengan mata terbuka atau tertutup.
6. Untuk melihat keluarga yang jauh ,
bila ada suatu keperluan yang penting.

IX. Tukar hawa, Ulah rasa dan Racut
A. Tukar hawa
Tukar hawa ini gunanya untuk menghilangkan kepayahan
misalnya: setelah kerja berat, bepergian jarak jauh dan lain sebagainya.
Caranya:
Tidur menghadap keatas diarah Timur - Barat dengan kepala diarah Timur,tangan kiri dan kanan diletakkan disamping badan, telapak tangan menghadap keatas.
Pikiran dikosongkan , setelah 10 atau 15 menit selesai.
Kemudian mandi.
Dalam hal ini getaran akibat kelelahan akan keluar lewat pori2, ubun2 dan diganti oleh getaran yang baru.
Badan terasa seperti telah istirahat selama beberapa jam, segar bugar, kekuatan kembali seperti semula.



No. 5. Tukar hawa dan ulah rasa,
Diperagakan oleh Bapak Sutarjo, adik Ibu Sri Pawenang

8. Ulah Rasa
Ulah Rasa artinya meneliti jalannya rasa dan getaran yang terdapat pada seluruh tubuh
Caranya
:
Setelah melakukan sujud
kemudian tiduran seperti cara tukar hawa.
Baju yang ketat harus dilonggarkan agar tidak mengganggu jalannya rasa.
Pikiran dipersiapkan
untuk merasakan jalannya getaran, mulai dari telapak kaki, naik keatas keseluruh tubuh, diteliti rasa yang berjalan melewati bagian2 tubuh sampai yang sehalus-halusnya.
Juga dirasakan peredaran darah dan denyut jantung
Bila dilakukan dengan sabar dan teliti, dapat terlihat dalam keadaan hening, bagaimana jalannya sari2, getaran2 disekujur tubuh, dan denyut jantung.

C. Racut
Racut artinya memisahkan rasa dan perasaan

Dalam hal ini, dapat digunakan untuk menghadapnya Hyang Maha Suci ke hadirat Hyang Maha Kuwasa.
Oleh sebab itu, kita yang masih hidup, diusahakan agar bisa menyatakan keberadaan tempat kehidupan kita dimasa yang akan datang, jika kita kembali kealam abadi, yang disebut alam sorga dan lain2nya.
Oleh karena itu, memang benar pernyataan bahwa : manusia harus bisa mati dalam keadaan hidup agar mengetahui rupa dan rasanya.
Artinya : pikirannya mati (tidak aktif) sedangkan rasanya tetap hidup (aktif)
Pada keadaan racut, kita melihat roh kita naik menuju ke alam akherat (sorga) menghadap Hyang Maha Kuwasa.
Sedangkan roh kita melihat badan jasmani kita berada dibawah.

Caranya:
Kita lakukan sujud wajib, dilanjutkan dengan menambah satu bungkukan lagi dengan menyebut dalam batin :"Hyang Maha Suci Menghadap Hyang Maha Kuwasa"
Setelah itu tiduran seperti yang dilakukan diatas (Tukar hawa / ulah rasa)
Bedanya tangan diletakkan di "CO", dengan tangan terlipat, telapak tangan kanan diletakkan disebelah atas tangan kiri.
Pikiran kosong,
Satria Utama digunakan melihat keberangkatan Cahaya Putih (Hyang Maha Suci) keluar dari ubun2.
Karena racut itu suatu pekerjaan yang amat rumit, maka memerlukan kesabaran, ketelitian dan ketenteraman


Melatih diri demikian baik sekali dilakukan pada waktu senggang dirumah, sebab dapat menerima bermacam kewaspadaan.
Racut tidak perlu dikhawatirkan, sebab hanya Hyang Maha Suci yang menghadap pada Hyang Maha Kuwasa, dan saudara 11 masih menunggu di wadagnya (tubuhnya).
Karena itu masih bernapas (pelan), masih mendengar suara disekelilingnya, tetapi tak dirasakan (tak dihiraukan).

TALI RASA
Setiap manusia yang hidup, memiliki pusat2 (ikatan) saluran rasa dalam tubuhnya sendiriyang dinamakan ikatan tali rasa.

Gambar No. 7 dan 8.
Jumlahnya ada 20, ditandai dengan huruf Jawa.
Nama2 ikatan tali rasa 20 serta letaknya tertulis dibawah ini

1. HA - janggut.
2. NA - tenggorokan.
3. CA - tulang dada atas.
4. RA - hati.
5. KA - pusar.
6. DA - bawah pusar.
7. TA - tulang ekor.
8. SA - tulang belakang diarah pusar.
9. WA - bagian bawah tulang belikat.
10. LA - ruas tulang belakang paling atas.
11. PA - lipatan lengan atas (dibawah pundak).
12. DA - siku tangan.
13. JA - pergelangan tangan.
14. YA - tengah telapak tangan.
15. NYA - payudara kiri kanan.
16. MA - bagian atas tulang bonggol kaki.
17. GA - bagian belakang tempurung lutut.
18. BA - bagian atas pergelangan kaki.
19. TA - ditengah telapak kaki.
20. NGA – antara dua alis

Faedah pengetahuan tentang tali rasa.
Bila warga "Sapta Darma" memberi pertolongan pada orang yang sakit, yang urat syarafnya tak berfungsi lagi, misalnya mati separo (verlamming),
ikatan tali rasa tersebut digusar-gusar
kemudian lakukan hening, dan kemudian disabda "waras"

Peringatan
Bila yang sakit adalah orang perempuan, maka warga perempuan pula yang melakukan pertolongan. Sebaliknya jika laki2, juga warga laki2 yang memberi pertolongan.
Bila dalam keadaan terpaksa, dapat dilakukan, tetapi sama sekali tak boleh menyentuh, hanya dengan disabda "waras" , lantas disuruh menggerak-gerakkan kakinya sendiri

XI. TANGGAL YANG PERLU DIPERINGATI
Waktu turunnya ilham :
1 27 Desember 1952.
Ilham pertama: sujud, diterima Bapa Panuntun di Kediri jam 01.00.(malam hari)
2. 12 Juli 1954 :
A. Simbol "Sapta Darma" jam 11.00 (pagi hari).
B. Wewarah tujuh kewajiban warga "Sapta Darma".
3. 27 Desember 1954
Nama Sri Gutama ( tgl 12 maulud hari Sabtu Wage, jam 24.00 (malam hari)
1 Sura adalah Hari Raya Agama "Sapta Darma"

Nama : . . . . . . . . . . . . . . . .
Alamat : . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .
Tanggal dimiliki : . . . . . . . . . . . . . .


(tanda tangan)

2 komentar:

  1. Kepada Admin mohon bertanya jika tidak keberatan ,bagaimana bunyi wahyu yang diterima oleh Panjenenganipun Bapak Arjo Sopuro ? Tks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyak sekali wahyu yang diterima. Misalnya wahyu sujud, simbol pribadi, wewarah tujuh, wahyu racut, dsb. Baca saja mulai awal. Sampai sekarang belum semuanya terkumpul. Penulis hanya mencatat yang didapat dari orang2 terdekat yang sekarang sangat langka, karena peristiwa tersebut terjadi 60 th yang lalu.

      Hapus